KOMUNITAS PECINTA ALAM JAMPARING GARUT
Donderdag 11 Julie 2013
SPIRIT OF LIFE
JT
102 (ASEP ARDIANSYAH siswa Diklatsar Angkatan ke-1 "Batu Rimba") yang
menjadi Komandan Siswa pada DIKLATSAR Angkatan ke-2 dan resmi didaulat
menjadi DANLAT untuk DIKLATSAR Angkatan ke-3 Tahun 2014 pada temu akrab
(4 Juli 2013) JAMPARING bersama Abah Akew Birkatun (J 001 PERINTIS) yang
sukses memenangkan PILKADES BOJONG pada tanggal 1 Juli lalu.
Pukul 03.00 dini hari di malam terakhir DIKLATSAR Angkatan ke-1 Tahun
2012 dia (JT 102) terkapar di tengah lapang setelah berendam di sungai,
tubuhnya menggigil, merintih sambil memegang dada. Tak mau ambil resiko,
Panitia mengevakuasi JT 102 dan temannya JT 101 (SAMIADIN) lalu
membawanya ke dekat api unggun yang membara, asapnya terus mengalun
menembus gelapnya malam.
Utun Charles
yang didaulat menjadi DANLAT 2 kali berturut-turut mengambil keputusan
darurat, "Ini harus segera dilaksanakan upacara pelantikan !!!", Satu
Komando, tak ada yang berani menolak, Ketua Umum sekalipun. Akhirnya,
jam 5 pagi ketika mentari belum menampakkan sinarnya. Seluruh Panitia
dan Pelatih berbaris rapi di sebelah barat medan latihan Lapang
Panyairan. Siswa Diklatsar yang hanya tersisa 2 orang (JT 101 dan JT
102) kelihatan sangat kecewa dan menyesal karena Pelatih Zacky Anshori
memberi kejutan, siswa dinyatakan tidak ada yang lulus pendidikan dan
pendidikan harus diulang dari awal. suasana makin hening.
Beberapa saat kemudian, J 001 PENDIRI sebagai Ketua Jamparing memberikan
kesempatan terakhir kepada para siswa untuk mengenakan pakaian yang
menggunakan atribut siswa. Sesaat setelah siswa membalikkan badan, Ketua
dan Sekretaris Jamparing sudah berdiri di hadapan mereka dan
menyematkan slayer orange. Semua berpelukan tak kuasa menahan derasnya
air mata yang menetes. Saat itu pula, JT 102 "jagjag waringkas" seperti
tak pernah merasakan sakit.
J 202 (ROPI ULYANINGSIH) sosok
siswa yang bertubuh gempal dengan behl hijaunya itu dari awal sudah
membuat Panitia geram, karena sikapnya yang manja dan lelet. Detik-detik
terakhir di medan latihan Lapang Panyairan, Pelatih Atep terpaksa
menyuruh siswa mandi di kubangan air tempat mandi kerbau karena saat
ditanya nama angkatan, J 202 mengatakan angkatan AIR LIMBAH. Beberapa
saat, dia acungkan tangan dan berkata "Kang, Ijin ke sungai. Ada sesuatu
yang masuk celana saya", Pelatihpun mengijinkan. Tidak lama kemudian,
dia kembali namun gelisah dan "acrig-arcigan". Saya tanya "Kamu
kenapa?", sambil menyeringai dia jawab "aya nu utek-utekan kang", lalu
saya perintahkan "cuci celana dan bersihkan di gubuk, ayo cepat!".
Didampingi Pelatih Ai, Ira dan Sami dia cuci celana lalu diganti dengan
sarung. Dikasih pula air hangat dan bedak sarisil oleh Panitia. Namun
diam-diam rupanya pelatih Ira memberi dia CTM, tujuannya seeh baik,
supaya gatal yang dirasakan J 202 itu hilang.
Setelah
memanjatkan puji syukur pada Yang Kuasa dan berdo'a untuk kesehatan J
201 yang dipimpin oleh Kang Dulah (Ridwanuloh, S.Ag) Perjalanan
pulangpun dimulai. Seperempat perjalanan, ketika beristirahat di sebuah
mesjid J 202 tampak tidur di atas ransel, setelah dibangunkan
perjalananpun dilanjutkan kembali. Buset, di tengah perjalanan saat itu
Panitia yang tersisa hanya saya, Arta dan Atuk Tebe. J 202 sudah tidak
bisa lagi diajak kompromi, dia tidur di atas tumpukan pasir (keusik) di
pinggir jalan. sempat jadi perhatian warga. Setelah mencoba minta
batuan, tidak lama kemudian Pelatih Rahman datang menjemput menggunakan
sepeda motor. J 202 digandeng naik motor, namun ia masih saja "ngulahek"
tidur. Saya heran juga kesal, ini siswa kok ngantuknya kaya yang
kesurupan. Atuk dan Artha tak kuasa menahan tawa.
Singkat
cerita, J 202 sampai di Puskesmas. Saat ditanya Dokter, ia lupa namanya
sendiri. Ia hanya ingat bahwa ja J 202. tak tanggung2, dalam tidurnya ia
"ngalindur" minta diantar ke alun-alun untuk ikut upacara pelantikan,
tak heran jika perawat (Bidan Elis dan Awat) "cengar-cengir".
Setelah dokter merekomendasikan untuk dibawa pulang, karena J 202 hanya
mengalami ngantuk berat saja. J 202 diantar ke sekretariat, namun tetap
saja "kukuduprukan, teu kaop manggih keur nyarande" dia pasti "kerek".
gelo.
Di sekretariat sudah ada J 201 yang lebih dulu ditangani,
karena fisiknya lemah akibat lelah yang hebat. sesaat sebelum semua
Panitia dan Pelatih mengunjungi rumah Abah Akew, dilaksanakan prosesi
pelantikan di dalam ruangan. J 201 kelihatan menangis sambil tersenyum.
aneh. entah apa yang dia rasakan., J 202 masih saja "celer". Namun tidak
disangka, sesaat kemudian setelah slayer orange melingkar di leher J
201 seolah-olah mendapatkan obat doping, kekuatannya seperti bertambah.
Begitupun dengan J 202 yang tidak bisa membuka matanya, dia bisa
berjalan sendiri dengan normal menuju jamban.
Spirit of life...
Harapan yang bisa membuat tubuh kita menjadi lebih kuat.
"Cerita lucu yang mengharukan dari “AIR LEMBAH” JAMPARING"
Pendidikan dan Latihan Dasar JAMPARING Tahun 2013 yang diikuti oleh
empat orang siswa (sebutan untuk peserta diklat) yang dilaksanakan
selama lima hari mulai tanggal 30 Juni – 4 Juli 2013 lalu menyimpan
cerita seru, haru dan kadang menggelikan.
J 201 (DENA SUCIANTI)
yang punya riwayat medis alergi rumput dan dingin ini di malam ke-3
tubuhnya drop, menggigil begitu hebat sampai akhirnya harus dievakuasi
dari medan latihan dan mendapat perawatan Panitia, tetapi beberapa saat
kemudian dia (J 201) meminta panitia untuk mengantarkan dirinya kembali
ke tim dan mengikuti materi pendidikan, beberapa saat kemudian panitia
berteriak minta bantuan karena J 201 kembali “tumbang”. Tubuhnya lemas,
namun setelah beberapa saat dia berdiri lagi dan siap menuju bivak untuk
survival.
Malam itu mereka diisolasi di bivak dengan dibekali bahan
makanan seadanya, dan paginya mereka dijemput untuk mengikuti rangkaian
pendidikan selanjutnya. Namun pada sore hari sekitar jam 5 sore,
terdengar kabar dari medan latihan orientasi medan bahwa J 201 kembali
pingsan. Dia terpaksa harus digendong ke barak karena tidak sadarkan
diri, sekitar jam 8 malam dia baru sadar dan tidur dibalut Sleeping bag
panitia.
Padi di hari terakhir, dia kembali tersungkur jatuh ke
tanah tak sadarkan diri. Jam 8 pagi baru siuman, dan harus pulang dengan
menggunakan tandu. Di perjalanan di atas tandu lagi-lagi pingsan,
panitia kebingungan. Akhirnya rombongan istirahat di sebuah masjid lalu J
201 mendapat penanganan warga hingga akhirnya dia sadar dan tersenyum
kembali. Sigap, Avon dan Irfan Ocheng sebagai panitia membawa J 201 ke
Puskesmas untuk segera mendapat penanganan medis. Sampai akhirnya tidak
berselang 1 jam dia mampu bangkit dan dilakukan prosesi pelantikan
bersama siswa J 202 di dalam ruangan secretariat JAMPARING diiringi lagu
syukur oleh senior-senio JAMPARING yang membuat air mata tidak terasa
menetes.
J 202 (ROFI ULYANINGSING) siswa paling manja yang
membuat semua panitia dan pelatih berang ini terpaksa harus menggendong
tangan kirinya karena tidak mengindahkan instruksi pelatih. Tangannya
terkilir, Pelatih Agus Kusdinar memberikan pertolongan sampai J 202
teriak meronta-ronta seperti anak PAUD yang kesakitan.
Di hari
terakhir, pagi itu pelatih Atep memerintahkan dia “guyang"di air, dia (J
202) ijin untuk ke air karena gatal-gatal. Karena terus “ngarengkik”
seperti anak PAUD, Panitia akhirnya memberikan dia obat gatal yang punya
epek samping ngantuk.
Longmarch pulang pun dimulai, sampai di
masjid saat merawat J 201, dia (J 202) tidur nyender ke carrier. Matanya
sudah mulai kelihatan merah, mungkin ngantuk berat. Di tengah
perjalanan, dia tidak mampu berdiri tertidur pulas, saat dibangunkan dia
(J202) sempoyongan seperti orang mabuk yang kehilangan kesadaran, lucu
juga melihatnya. Sampai-sampai pelatih Atuk Tebe tertawa sambil berkata
“Aduh ieu budak nepika teu mampu ngalawan tunduh”. Rahman (Omen) yang
juga anggota Jamparing yang bekerja di Puskesmas menjemput dengan motor
Mega Pronya, panitia kembali kebingungan, sudah di atas motor pun, J 202
tetap saja ngorok. Akhirnya didempet oleh Atuk Tebe dan sampai dengan
selamat di Puskesmas.
Di ruang perawatan, terdengar Dokter beberapa
kali bertanya pada J 202, “neng, saha nami?”, dia jawab “J 202” haha,
edun,,, setengah sadar setengah tidur dia lupa dengan namanya sendiri.
Yang dia ingat hanya nomor siswa di dadanya. Entah jengkel atau apa,
dokterpun keluar meninggalkan ruan perawatan. Seorang perawat (bidan)
minta panitia untuk membangunkan J 202, dia pun bangun (lulungu),
sekarang giliran perawat yang dibuat tertawa, dalam kondisinya yang
masih setengah tidur dia minta perawat untuk ikut upacara.
Tetaplah Tabah, Tangguh dan Mandiri !!!
Sondag 19 Mei 2013
AL-QUR'AN BERCERITA TENTANG ALAM
Kami
mencintai alam karena kami beriman kepada sang yang menciptakan alam,
yang kami lakukan bukan tanpa dasar dan tanpa hukum, kami berangkat
sesuai apa yg tertera dalam Al-Quran.
inilah pedoman kami dalam mencintai lingkungan
QS. Al Mulk Ayat 15
QS. Al Mursalaat Ayat 27
QS. Ar Rum Ayat 41-42Q.S. Al A’raf ayat 56-58
QS. Al Baqarah Ayat 164
QS. Sad Ayat 27-28
QS. Yunus Ayat 101
apakah kalian akan mendustakan Al-Qur'an tentang menjaga dan melestarikan alam....???
IKRAR JAMPARING
1. Taqwa dan Mengabdi Kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Mengabdi pada Bangsa dan Tanah Air
3. Berusaha menolong, menghormati dan menghargai sesama
manusia
4. Menjunjung tinggi nama baik JAMPARING
5. Memelihara alam dan lingkungan beserta isinya
Saterdag 18 Mei 2013
SEPENGGAL KISAH SANG PENEMPUH RIMBA
Puncak Cikurai Garut 2818 mdpl
Hari itu Sabtu, 16 Juni 2012 menjelang siang. Tiba-tiba kuingin mendaki Gunung
tertinggi di Kabupaten Garut dengan ketinggian 2.818 meter di atas permukaan
laut (mdpl), sebut saja Cikurai. Konon katanya gunung yang berdiri kokoh ini
disebut sebagai “negeri di atas awas”, sehingga banyak pendaki yang tertarik.
Untuk memenuhi hasratku itu, ku ajak 4 orang teman sepekerjaan yang belum
pernah naik gunung dan seorang yang pernah ke sana. Awalnya mereka tak percaya
dan hanya menanggapi dengan lelucon. Tapi setelah kuyakinkan, akhirnya mereka siap.
Sekitar jam 12 kami pulang menuju rumah masing2 untuk mengemasi perlengkapan
dan perbekalan. Kami sepakat untuk berkumpul jam 13 di satu tempat.
Setelah semua berkumpul, cek perlengkapan & perbekalan seadanya ditambah
‘tenda pramuka’ dan sebuah gitar kami berangkat menggunakan Elf sampai Mesjid
Agung Cikajang. Setiba di sana, kami kumpulkan uang untuk membeli 2 bu...ngkus
bahan bakar padat (karena tidk tahu teman saya nyebutnya marapin) seharga Rp.
30.000,- Dan lagi-lagi menggelikan, saya baru sadar rupanya ada yang salah
kostum; ada yang pakai kemeja alisan, sandal kulit seperti mau kondangan dengan
tas shaun the ship dan ada juga yang pakai sepatu pentopel. Di sini gelak tawa
kami sudah dimulai..
Karen kterbatasan dana yang kami miliki, saat itu pukul 3 sore kami memutuskan
untuk berjalan kaki sampai ke batas hutan. Tiba di sebuah Masjid di kampung
terakhir (Kp. Olan) jam 16.30, kami tunaikan dulu sholat Asar di sana. Setelah
dirasa cukup beristirahat, perjalananpun dilanjutkan. Tiba di batas hutan sudah
hampir Magrib, hari sudah mulai gelap. Kamipun berhenti di sana, mengambil
persediaan air, shalat sekalian ngisi perut. Setelah semua menarik napas karena
menatap gelapnya rimba yang akan dilalui.
Dengan mengucap Bismillah, akhirnya kami 6 orang bergerak dalam gelap malam
menyusuri rimba belantara dengan satu buah lampu senter yang sudah redup dan
satu senter HP dengan tubuh kami diikat seutas tali harness sepanjang 5 m.
Singkat cerita, kami tiba di puncak jam 22.30. BANGGA dan TERHARU saat berada
di tanah tertinggi Garut.
Setiba di puncak, dengan hati lega, mulut kami
mengucap syukur “Alhamdulillah”, dan kami teriak sekencang-kencangnya
“Assalamu’alaikum” tetapi teriakan kami tidak ada yang nyahut, pendaki yang
telah berada di puncak asyik saja di dalam tenda masing2.
Saya dan 5 orang teman bergegas menghampiri pos, tetapi di dalam pos itu sudah terisi rombongan pendaki. Akhirnya kami pasang matras di pinggir pos untuk menghindari hembusan angin yang kencang, kami nyalakan paraffin untuk menyeduh kopi hitam dan mie instan.. susahnya minta ampun, sampai2 jari terasa sakit hanya untuk menyalakan pemantik api (gasoline) karena dingin yang cukup hebat.. akhirnya setelah terus dicoba dan api menyala juga dan airpun mendidih, kami pun menikmati mie instan dan kopi hitam yang terasa cepat sekali dingin.
Malam kian larut, rasa kantukpun mulai hinggap di pelupuk mata. Kami sempat kebingungan, bagaimana caranya mendirikan tend ...a pramuka??? Tak ada tali, tak ada tiang.. akhirnya tenda itu kami jadikan alas tidur dan sebagiannya lagi dijadikan selimut..
Hampir menjelang pagi, kami dibangunkan oleh sorot lampu senter ka wajah kami dari rombongan pendaki yang baru datang lewat jalur Cilawu. Mungkin kami dianggap orang aneh karena beda dari kelompok pendaki lain yang tidur enak di dalam tenda dome yang mahal, sedangkan kami tergeletak di atas tanah beratapkan langit.
Ku lihat awan jingga di sebelah timur, dengan penuh semangat saya bangun dan mengambil kamera. Lalu berfoto ria di antara di atas hamparan awan putih dan mentari pagi yang seolah2 terbit dari bawah kaki. Ku lihat Gunung Ciremai dan Gunung Slamet Jawa Tengah tinggi menjulang di sebelah timur, sebelah utara hamparan kota Garut yang sungguh indah, sebelah selatan terlihat jelas Garut selatan dengan batas pantainya. Pagi itu pun kami sempat memainkan gitar sambil menikmati hangatnya kopi hitam, bersama kretek dalam sinar mentari pagi yang menghangatkan badan.
Sekitar jam 9 pagi, setelah sarapan pagi kami mengemasi seluruh barang2 (packing) untuk turun melewati jalur yang kami lewati semalam. Sekitar lima belas menit dari puncak, kami menemukan jalan cagak, kami mengambil jalur kanan. Sepanjang jalan bertanya-tanya, “naha euy teu manggih nu datar, da peuting mah aya nu datar. Pasti nyasab ieumah” sambill terus menyusuri jalan setapak. Setelah hampir 2 jam, kami mulai keluar hutan dan menemukan kebun yang luas terhampar. Ternyata kami salah jalan, kami turun lewat jalur Bayongbong .
Saya dan 5 orang teman bergegas menghampiri pos, tetapi di dalam pos itu sudah terisi rombongan pendaki. Akhirnya kami pasang matras di pinggir pos untuk menghindari hembusan angin yang kencang, kami nyalakan paraffin untuk menyeduh kopi hitam dan mie instan.. susahnya minta ampun, sampai2 jari terasa sakit hanya untuk menyalakan pemantik api (gasoline) karena dingin yang cukup hebat.. akhirnya setelah terus dicoba dan api menyala juga dan airpun mendidih, kami pun menikmati mie instan dan kopi hitam yang terasa cepat sekali dingin.
Malam kian larut, rasa kantukpun mulai hinggap di pelupuk mata. Kami sempat kebingungan, bagaimana caranya mendirikan tend ...a pramuka??? Tak ada tali, tak ada tiang.. akhirnya tenda itu kami jadikan alas tidur dan sebagiannya lagi dijadikan selimut..
Hampir menjelang pagi, kami dibangunkan oleh sorot lampu senter ka wajah kami dari rombongan pendaki yang baru datang lewat jalur Cilawu. Mungkin kami dianggap orang aneh karena beda dari kelompok pendaki lain yang tidur enak di dalam tenda dome yang mahal, sedangkan kami tergeletak di atas tanah beratapkan langit.
Ku lihat awan jingga di sebelah timur, dengan penuh semangat saya bangun dan mengambil kamera. Lalu berfoto ria di antara di atas hamparan awan putih dan mentari pagi yang seolah2 terbit dari bawah kaki. Ku lihat Gunung Ciremai dan Gunung Slamet Jawa Tengah tinggi menjulang di sebelah timur, sebelah utara hamparan kota Garut yang sungguh indah, sebelah selatan terlihat jelas Garut selatan dengan batas pantainya. Pagi itu pun kami sempat memainkan gitar sambil menikmati hangatnya kopi hitam, bersama kretek dalam sinar mentari pagi yang menghangatkan badan.
Sekitar jam 9 pagi, setelah sarapan pagi kami mengemasi seluruh barang2 (packing) untuk turun melewati jalur yang kami lewati semalam. Sekitar lima belas menit dari puncak, kami menemukan jalan cagak, kami mengambil jalur kanan. Sepanjang jalan bertanya-tanya, “naha euy teu manggih nu datar, da peuting mah aya nu datar. Pasti nyasab ieumah” sambill terus menyusuri jalan setapak. Setelah hampir 2 jam, kami mulai keluar hutan dan menemukan kebun yang luas terhampar. Ternyata kami salah jalan, kami turun lewat jalur Bayongbong .
Setelah
kami sadar bahwa kami telah salah jalur, kami mencoba bertanya kepada petani
"Punten Mang, ari ieu daerah naon? ka Olan caket teu Mang?", petani
menjawab "Ieumah Perkebunan Waspada jang!, tebih atuh ka Olan mah ngalangkungan
lima bukit, caket ka Bayongbong tah kapayun jalan ngalangkungan pabrik".
Sambil terus menuruni bukit perkebunan kopi, sambil
berbisik "mang ukeun kopi" sesekali kami memetik buahnya yang sudah
merah sekedar untuk menghilangkan haus, kami berdiskusi. Karena diperkirakan
jika lewat Bayongbong, sisa uang tidak akan cukup maka kami memutuskann untuk
jalan kaki menuju alun2 Cikajang.
Sekitar jam 12 siang, kami beristirahat di kebun
kentang..sambil duduk istirahat dengan wajah tanpa dosa, tangan kami terus
bergerak masuk ke dalam tanah mencari kentang. Tidak terasa, veldfles (kempis)
dan saku celana PDL sudah terisi penuh dengan kentang, kami pun melanjutkan
perjalanan. Tiba di saluran air kecil (solokan), kami berhenti untuk memasak
kentang-kentang itu. Dengan modal sisa parafin dan garam, kami memasaknya.
Saat kami sedang asyik beristirahat sambil menunggu
"kulub kentang" matang, lewat seorang pa tani yang membawa rumput.
Dia berhenti dan bertanya "nuju naraon jang, marulih ti mana?", kami
menjawab "nuju ngulub kentang mang, eta pamasihan tadi ti palih
tonggoh" (terpaksa kami berbohong), "cing mang punten manawi kagungan
pahpir? kaleresan bako na mah aya weuteuh mung kaleresan kamari hilap meser
pahpir' tanya saya pada pa tani itu, "oh aya jang, mangga weh candak
sadayana da seueur keneh pahpirmah".
Kami tertawa riang, karena dapat kembalil menghisap
roko meskipun hanya sisa tembakau. Tak lama kemudian, kentangpun matang.
setelah dirasa cukup istirahat sambil menghabiskan kulub kentang dan menikmati
asap tembakau, kami berjalan melanjutkan perjalanan menyusuri bukit. Setelah
masuk ke wilayah yang dapat dilalui kendaraan, kami "megat kolbak"
dan Alhamdulillah meskipun hanya sampai di persimpangan jalan cukup meringankan
beban perjalanan kami.
Setelah turun dari mobil bak itu, kami kembali berjalan
"longmarch" jalan raya, di bawah terik matahari yang menyengat..
sesekali kami beristirahat di pinggir jalan sambil berharap ada kendaraan yang
mau membawa kami sampai Cigedug, Namun harapan kami sirna karena tak ada
satupun kendaraan yang mau berhenti saat kami stop.
Setelah berjam-jam berjalan melintasi bukit dan jalan
raya, sampailah kami di Kecamatan Cigedug, "Alhamdulillah geus deukeut
euy" gumam teman saya, yang padahal masih cukup panjang jika harus ditempuh
dengan jalan kaki. Hampir semua dari kami sudah tidak "jejeg
leumpang" karena kaki pada lecet, maklum ada yang tidak biasa memakai
sepatu tentara (PDL) yang keras dan terasa menggigit. Ada satu teman yang sudah
menyerah, sepatu PDL nya di buka, lalu digantung di carrier teman yg lain. kami
berhenti di sebuah warung, untuk membeli Teh Eco, saat akan melanjutkan
perjalanan, tiba2 kami sadar ternyata teman yang hampir nangis dan sepatunya
dibuka itu tidak ada, kami menyangka mungkin dia sudah jalan duluan. kamipun
terus berjalan, tetapi sampai di alun2 kami tidak juga bertemu teman saya itu.
Sekitar jam 4 sore, kami tiba di alun-alun Cikajang.
Saat kami sedang "jajan bajigur" di depan mesjid agung Cikajang,
kelihatan dia sedang "baeud", kami teriak "kadieu bajigur
ngeunah", dia jawab "mangga, sok weh. abdi ti payun nya teu
kiat" sambil beranjak menunggu angkot. Setelah cukup istirahat, kami
menunggu Elf di pinggir jalan seberang Mie Baso "ANWAR". Kaki lecet,
badan bau, hidung megar, perut lapar sudah tidak kami hiraukan.
Tidak lama kemudian, lewat Elf Singajaya. kami tidak
mau masuk ke dalam, kami naik ke atas "ngangin dina luhur mobil"...
RAPIHKAN BARISAN
"Ikuti Perintah Saya" demikian kata yang terlontar dari pelatih, maka tak ada siswa yang berani membantah.
Teken in op:
Plasings (Atom)